Kamis, 21 September 2017

ULANG TAHUN

Ternyata Ulang Tahun TIDAK ADA Dalam Al Quran...  Tetapi Ada Dalam Injil Matius 14 : 6 Dan Injil Markus 6 : 21

Mungkin kurangnya pengetahuan mengenai “ke-Aqidah-an“, masih banyak ummat Islam yang mengikuti ritual paganisme ini.

Apalagi gencarnya media televisi dan media massa lainnya mempublikasikan seremonialnya yang megah.

Ditambah lagi kebiasaan ini sudah jamak dan menjadi hal yang seakan-akan wajib apabila ada anggota keluarga, rekan atau sahabat yang memperingati hari lahirnya.

Dan tak kurang kelirunya sejak di Taman Kanak-kanak dan SD sudah diajarkan secara praktek langsung bahkan ada termaktub dalam buku-buku kurikulum mereka. Wallahu a’lam.

Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka.

Pada masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum khawariyyun / pengikut nabi Isa) mereka tidak merayakan Upacara UlangTahun, karena mereka menganggap bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang munkar dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme.

Pada masa Herodeslah acara ulang tahun dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6;

" Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, ditengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes ".
(Matius 14 : 6)

Dalam Injil Markus 6:21

" Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada HARI ULANG TAHUNNYA mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea ".
(Markus 6:21)

Look at the Bible, Matthew 14 : 6 and Mark 6:21 ;

" Celebrating of birthday is Paganism, and Jesus (Isa, peace be upon him) doesn’t to do it, but Herod ".

Matthew 14:6 :

" But when Herod’s birthday was kept, the daughter of Herodias danced before them, and pleased Herod ".

Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi...!

Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilinpun ditiup.
(Baca buku : Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)

Sudah menjadi kebiasaan kita mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga maupun teman, sahabat pada hari ULTAHnya. Bahkan tidak sedikit yang aktif dakwah (ustadz dan ustadzah) pun turut larut dalam tradisi jahiliyah ini.

Sedangkan kita sama-sama tahu bahwa tradisi ini TIDAK PERNAH DIAJARKAN OLEH NABI KITA YG MULIA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
dan kita ketahui Rasulullah adalah orang yang paling mengerti cara bermasyarakat, bersosialisasi, paling tahu bagaimana cara menggembirakan para shahabat-shahabatnya.

Rasulullah paling mengerti bagaimana cara mensyukuri hidup dan kenikmatannya.

Rasulullah paling mengerti bagaimana cara menghibur orang yang sedang bersedih.

Rasulullah adalah orang yang PALING MENGERTI CARA BERSYUKUR dalam setiap hal yang di dalamnya ada rasa kegembiraan.

Adapun tradisi ULANG TAHUN ini merupakan tradisi orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum pagan, maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyelisihinya.

Apakah Rasulullah pernah melakukannya ?

Apakah para shahabat Rasululah pernah melakukannya ?

Apakah para Tabi’in dan Tabi'ut tabi’in pernah melakukannya ?

Padahal Herodes itu sudah hidup pada jaman Nabi Isa alaihi sallam.

Apakah Rasulullah mengikuti tradisi ini ? Apakah tiga generasi terbaik dalam Islam melakukan ritual paganisme ini ?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
“Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (shahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in) ”.
(Muttafaq 'alaih)

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Kamu akan mengkuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga”. Para sahabat bertanya, ”Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: ”Siapa lagi jika bukan mereka ? ".

Rasulullah bersabda :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم
ْ“ Man tasabbaha biqaumin fahua minhum”
(Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka ”.
(HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar).

Allah shubhanahu wa ta'ala berfirman;

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُم
ْ
" Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka ".
(QS. Al Baqarah : 120)

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

" Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran , pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta pertanggung jawabannya ".
(QS. Al-Isra’:36)

“… dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar ".”
(QS. An-Nuur : 15)

Janganlah kita ikut-ikutan, karena tidak mengerti tentang sesuatu perkara. Latah ikut-ikutan memperingati Ulang Tahun, tanpa mengerti darimana asal perayaan tersebut.

Ini penjelasan Nabi tentang sebagian umatnya yang akan meninggalkan tuntunan beliau dan lebih memilih tuntunan dan cara hidup diluar Islam.

Termasuk juga diantaranya adalah peringatan perayaan ULTAH, meskipun ditutupi dengan label SYUKURAN, SELAMATAN atau ucapan selamat MILAD atau Met MILAD, BAARAKALLAHU FII UMRIK agar seakan-akan kelihatan lebih Islami.

Ingatlah ! Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasullullah shalallahu 'alaihi wa sallam.

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهَُ رَدّ
ٌ
“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang “tidak ada perintah dari kami padanya” maka amalan tersebut TERTOLAK (tidak diterima oleh Allah) ”.
[HR. Muslim]

Rasulullah, para shahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in adalah orang yang PALING MENGERTI AGAMA ISLAM.

Mereka tidak mengucapkan dan tidak memperingati Ulang Tahun, walaupun mungkin sebagian manusia menganggapnya baik.


Pahamilah “Kaidah” yang agung ini;

لو كان خيرا لسبقون اليه

 " Lau Kaana Khairan Lasabaquuna ilaihi ”

SEANDAINYA PERBUATAN ITU BAIK, MAKA MEREKA (RASULULLAH, PARA SAHABAT, TABI’IN DAN TABIUT TABI’IN) PASTI LEBIH DAHULU MENGAMALKANNYA.

Karena mereka yg paling tahu tentang nilai sebuah kebaikan, daripada kita yang hidup di jaman sekarang ini.

Jika kita mau merenung apa yang harus dirayakan atau disyukuri BERKURANGNYA usia kita?  Semakin dekatnya kita dengan KUBUR ?  SUDAH SIAPKAH kita untuk itu ? Akankah kita bisa merayakannya tahun depan ?

Allah ta'ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُون

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri MEMPERHATIKAN apa yang telah diperbuatnya UNTUK HARI ESOK (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ”.
(QS. Al-Hasyr: 18)

Seorang muslim dia dituntut untuk MUHASABAH setiap hari, karena setiap detik yang dilaluinya TIDAK akan pernah kembali lagi sampai nanti dipertemukan oleh ALLAH pada hari penghisaban , yang tidak ada yang bermanfaat pada hari itu baik anak maupun harta kecuali orang yang menghadap ALLAH dengan membawa hati yang ikhlas dan amal yang soleh.

Jadi, alangkah baiknya jika tradisi jahiliyah ini kita buang jauh-jauh dari diri kita, keluarga dan anak-anak kita dan menggantinya dengan tuntunan yg mulia yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam..

Pemberian hadiah boleh, tapi bukan pesta ultah...
Mengingatkan umur kita sudah berkurang hidup di dunia..
Bukan bertambah umur..

Artinya..jika di kitab Lauh Mahfudz kita wafat ditakdirkan umur 50 th..jika kita saat ini hidup di umur 46 tahun...maka sudah berkurang jatah hidup kita di dunia..tinggal 4 tahun lagi.

Rabu, 20 September 2017

TUNTUANAN AMALAN TAHUN BARU HIJRIYAH

TUNTUNAN DALAM MENYAMBUT TAHUN BARU HIJRIYAH



Dalam menghadapi tahun baru Hijriyah atau bulan Muharram, sebagian kaum muslimin salah dalam menyikapinya. Mereka beranggapan, bila tahun baru Masehi disambut begitu megah dan meriah, maka mengapa kita selaku umat Islam tidak menyambut tahun baru Islam semeriah tahun baru masehi dengan perayaan atau pun amalan?

🔴Satu hal yang mesti diingat bahwa sudah semestinya kita mencukupkan diri dengan ajaran Nabi ﷺ dan para sahabatnya. Jika mereka tidak melakukan amalan tertentu dalam menyambut tahun baru Hijriyah, maka sudah seharusnya kita pun mengikuti mereka dalam hal ini. Bukankah para ulama Ahlus Sunnah seringkali mengutarakan sebuah kalimat,

لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ

📄“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita melakukannya.”[1] Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan segera melakukannya.[2]

🔴Sejauh yang kami tahu, tidak ada amalan tertentu yang dikhususkan untuk menyambut tahun baru hijriyah. Dan kadang amalan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam menyambut tahun baru Hijriyah adalah amalan yang tidak ada tuntunannya karena sama sekali tidak berdasarkan dalil atau jika ada dalil, dalilnya pun lemah.


📑Amalan Keliru dalam Menyambut Awal Tahun Hijriyah

🗒️Amalan Pertama: Do’a awal dan akhir tahun

🔴Amalan seperti ini sebenarnya tidak ada tuntunannya sama sekali. Amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi ﷺ, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama besar lainnya. Amalan ini juga tidak kita temui pada kitab-kitab hadits atau musnad. Bahkan amalan do’a ini hanyalah karangan para ahli ibadah yang tidak mengerti hadits.

🔴Yang lebih parah lagi, fadhilah atau keutamaan do’a ini sebenarnya tidak berasal dari wahyu sama sekali, bahkan yang membuat-buat hadits tersebut telah berdusta atas nama Allah ﷻ dan Rasul-Nya.
Jadi mana mungkin amalan seperti ini diamalkan.[3]

🗒️Amalan kedua: Puasa awal dan akhir tahun

🔴Sebagian orang ada yang mengkhsuskan puasa dalam di akhir bulan Dzulhijah dan awal tahun Hijriyah. Inilah puasa yang dikenal dengan puasa awal dan akhir tahun. Dalil yang digunakan adalah berikut ini.

مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ المَاضِيَةَ بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً

📄“Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah ta’ala menjadikan kaffarot/tertutup dosanya selama 50 tahun.”

🔴Lalu bagaimana penilaian ulama pakar hadits mengenai riwayat di atas:

🔴Adz Dzahabi dalam Tartib Al Mawdhu’at (181)  mengatakan bahwa Al Juwaibari dan gurunya –Wahb bin Wahb- yang meriwayatkan hadits ini termasuk pemalsu hadits.
Asy Syaukani dalam Al Fawa-id Al Majmu’ah (96) mengatan bahwa ada dua perowi yang pendusta yang meriwayatkan hadits ini.

Ibnul Jauzi dalam Mawdhu’at (2/566) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan Wahb yang meriwayatkan hadits ini adalah seorang pendusta dan pemalsu hadits.[4]


🔴Kesimpulannya hadits yang menceritakan keutamaan puasa awal dan akhir tahun adalah hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan dalil dalam amalan. Sehingga tidak perlu mengkhususkan puasa pada awal dan akhir tahun karena haditsnya jelas-jelas lemah.


🗒️Amalan Ketiga: Memeriahkan Tahun Baru Hijriyah

🔴Merayakan tahun baru hijriyah dengan pesta kembang api, mengkhususkan dzikir jama’i, mengkhususkan shalat tasbih, mengkhususkan pengajian tertentu dalam rangka memperingati tahun baru hijriyah, menyalakan lilin, atau  membuat pesta makan, jelas adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya. Karena penyambutan tahun hijriyah semacam ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi ﷺ, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, para sahabat lainnya, para tabi’in dan para ulama sesudahnya.


🔴Yang memeriahkan tahun baru hijriyah sebenarnya hanya ingin menandingi tahun baru masehi yang dirayakan oleh Nashrani. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas telah menyerupai mereka (orang kafir). Secara gamblang Nabi ﷺ bersabda,


مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

📄”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”[5]

📃Penutup

🔴Menyambut tahun baru hijriyah bukanlah dengan memperingatinya dan memeriahkannya. Namun yang harus kita ingat adalah dengan bertambahnya waktu, maka semakin dekat pula kematian.

🔴Sungguh hidup di dunia hanyalah sesaat dan semakin bertambahnya waktu kematian pun semakin dekat. Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

📄“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia tidak lain seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.”[6]

🔴Hasan Al Bashri mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanya memiliki beberapa hari. Tatkala satu hari hilang, akan hilang pula sebagian darimu.”[7]

🔴Semoga Allah ﷻ memberi kekuatan di tengah keterasingan. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

📚www.rumaysho.com


[1] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, tafsir surat Al Ahqof: 11, 7/278-279, Dar Thoyibah, cetakan kedua, tahun 1420 H.
[2] Idem
[3] Lihat Majalah Qiblati edisi 4/III.
[4] Hasil penelusuran di http://dorar.net
[5] HR. Ahmad dan Abu Daud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ (1/269) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269
[6] HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi
[7] Hilyatul Awliya’, 2/148, Darul Kutub Al ‘Arobi.


➖➖➖➖➖➖

۞Allahu A'lam

سبحا نك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك

🔹۩۞۞۞۝🕌📚🕌۝۞۞۞۩🔹

📝 *Ust. Miftahuddin*

۞Pembina Group WA Karimah (Komunitas Rindu Menikah), KIPRAH (Kuliah Pra Nikah) , KKS (Kuliah Keluarga Sakinah), KILAT-Qu (Kuliah Singkat Tahsin Al-Qur'an), KIBAR (Kuliah Singkat Bahasa Arab), IKBI (Info Kajian & Bisnis Islami), Sahida (Sahabat Hijrah & Dakwah), & Kasaba (Komunitas Saling Berbagi).


📡Distributed :

۞Karimah (Komunitas Rindu Menikah)
۞KIPRAH (Kuliah Pra Nikah Online)
۞KKS (Kuliah Keluarga Sakinah)
۞KILAT-Qu (Kuliah Singkat Tahsin Al-Qur'an)
۞KIBAR (Kuliah Singkat Bahasa Arab)
۞IKBI (Info Kajian & Bisnis Islami)
۞Sahida (Sahabat Hijrah & Dakwah)
۞Kasaba (Komunitas Saling Berbagi)


📞Info : WA 082138929596


♻️ _Silahkan dishare_ ♻️

Selasa, 19 September 2017

CARA MENULIS DI WHATSAPP HURUF TEBAL DAN MIRING

Cara Ganti Huruf di WhatsApp Jadi Tebal dan Miring


WhatsApp memiliki fitur yang mengubah bentuk huruf dari pesan yang akan dikirim ke rekan atau pengguna lain.

Pengguna WhatsApp bisa melakukan formatting text atau customize format huruf, seperti cetak tebal (bold), miring (italic), dan teks yang dicoret (strikethrough).

Fitur ini sebenarnya sudah dirilis WhatsApp sejak tahun 2016 lalu namun cukup banyak pengguna yang belum mengetahuinya.

Ditambah, WhatsApp tidak menyediakan menu atau tombol khusus layaknya di aplikasi MS Word untuk fitur baru tersebut. Dibutuhkan trik-trik tertentu untuk membuat teks dengan format itu.

Berikut cara melakukannya.


Bold (cetak tebal)

Untuk membuat teks di pesan WhatsApp menjadi cetak tebal, tambahkan tanda asterik (*) di depan dan belakang teks yang diinginkan, misalnya *Tebal*.

Italic (cetak miring)

Untuk membuat teks di pesan WhatsApp menjadi cetak miring, tambahkan tanda underscore (_) di depan dan belakang teks yang diinginkan, misalnya _miring_.

Strikethrough (teks yang dicoret)

Untuk membuat teks di pesan WhatsApp memiliki coretan, tambahkan tanda tilde (~) di depan dan belakang teks yang diinginkan, misalnya ~teks dicoret~.

Pastikan versi WhatsApp yang Anda miliki adalah versi terbaru, minimal 2.12.17 untuk versi iOS dan 2.12.5 untuk versi Android.

Kode ini juga bisa dipakai WhatsApp versi desktop atau WhatsApp Web Client. Namun, format huruf-huruf di atas (bold, italic, dan strikethrough) hanya akan muncul di versi aplikasi mobile.

By : www.kompas.com

ROMANTISME SUAMI ISTRI

*ROMANTISME*

Dalam sebuah majelis ta'lim, seorg ibu muda bertanya kepada sang ustadz : "Ustadz, bagaimana Islam menjelaskan tentang Romantisme dalam rumah tangga..? "

Sambil tersenyum ustadz itu menjelaskan...

Romantis itu…
Ketika malam tinggal sepertiga, seorang suami terbangun. Ia berwudhu', menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan isterinya. “Sayang… bangun… saatnya shalat.” maka mereka berduapun tenggelam dalam khusyu’ Tahajjud.

Romantis itu…
Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang…” Lalu sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyyatul masjid. Tak ketinggalan ia menunaikan dua rakaat shalat Fajar, sebelum melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia pun menjadi pemenang lebih baik dari dunia dan seisinya.

Romantis itu…
Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja ya sayang kami lebih siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yang tidak halal”.

Romantis itu…
Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di waktu Dhuha: “Ya Rabb, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah darimu”.

Romantis itu…
Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi istrinya. Mungkin satu waktu dengan menghadirkan suara. Mungkin hari lainnya dgn WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di kantin kantorku, tak pernah bisa mengalahkan masakanmu”. Lalu sang istri pun membalasnya, “Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku”.

Romantis itu…
Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri merindukan belahan jiwanya tiba.

Romantis itu…
Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai senyuman. Bertemu saling mendoakan. Tangan dicium, pipi dikecup bergantian.

Romantis itu…
Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di pundak mendadak menghilang, terbang

Saudara-saudaraku tercinta...
Mari kita pupuk romantisme dalam rumah tangga kita... hingga tumbuh sakinah yang berbuah mawaddah wa rahmah...

Rabbana hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrata a'yun waj'alnaa lil muttaqiina imaama..

HUKUM ISTRI MENOLAK AJAKAN SUAMI KETEMPAT TIDUR

♻️ *Hukum Istri Menolak 'Ajakan' Suami* ♻️

Apakah berdosa bila seorang istri menolak ajakan suami untuk ber-jima’ karena istri sedang capek dan mengantuk? Penyebabnya kelelahan itu adalah karena suami terlalu sering mengajak ber-jima’ sehingga memforsir tenaga istri.

Jawaban:

Suami yang selalu mengajak istrinya untuk berhubungan menunjukkan bahwa dia sayang kepada istrinya. Kebutuhan suami terhadap istri memang sangat besar, sehingga hendaknya istri menyadari hal itu.

Apalagi, wanita yang usianya masih muda setiap bulannya ada waktu haid, dan setelah melahirkan pun sang wanita membutuhkan “cuti” dari suaminya selama kurang lebih 40 hari karena syariat Islam melarang suami menggauli istrinya dalam kondisi tersebut. Belum lagi bila istri sakit atau ada uzur lain, dan juga suami yang sering keluar rumah karena mencari nafkah dan sebab-sebab yang lainnya.

Jika istri menolak permintaannya karena capek atau mengantuk, sedangkan suami hanya punya satu istri, maka kesalahan ada di pihak isri, karena suami tidak boleh melampiaskan kesenangannya kecuali kepada istri atau budaknya, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Mukminun ayat 6.

Namun hal ini masih bisa didiskusikan dengan suami. InsyaAllah suami yang shalih bisa memahami kondisi istri, apalagi ketika istri benar-benar kecapekan. InsyaAllah suami shalih dapat memahami. Kalaupun istri tidak mampu melayani dalam hubungan badan, istri bisa memainkan 'anunya' sehingga suami mencapai orgasme. Yang terpenting disini adalah adanya keterbukaan dan saling memahami.

Selanjutnya, bagaimana seharusnya istri bila diajak oleh suaminya? Perhatikan hadits di bawah ini.

Dari Thalqu bin Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا الرَّجُلُ دَعَا زَوْجَتَهُ فَلْتَأْتِهِ وَ إِنْ كَانَتْ عَلَى التَّنُّوْرِ

“Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk berkumpul hendaknya wanita itu mendatanginya sekalipun dia berada di dapur.” (HR. Tirmidzi: 4/387; dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 2/199)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُوْمَ وَ زَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tidak halal bagi wanita untuk berpuasa (sunnah) sedangkan suaminya berada di rumah, kecuali dengan izinnya.” (HR. Bukhari: 16/199)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ اِمْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا اَلْمَلآئِكَةُ حَتىَّ تُصْبِحَ

“Apabila suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu istri enggan sehingga suami marah pada malam harinya, malaikat melaknat sang istri sampai waktu subuh ”.
(HR. Bukhari: 11/14)

Allahu A'lam

www.menikah-islami.blogspot.com

FATWA MUI TENTANG SALAFI

*Fatwa MUI Jakarta Utara*


*Salafi Bukanlah Sekte, Aliran, Partai atau Organisasi Massa.*

Sebagian orang *mengira* Salafi adalah sebuah sekte, aliran sebagaimana Jama’ah Tabligh, Ahmadiyah, Naqsabandiyah, LDII, dll. Atau sebuah organisasi massa sebagaimana NU, Muhammadiyah, PERSIS, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dll. Ini adalah *salah kaprah*. Salafi bukanlah sekte, aliran, partai atau organisasi massa, namun *salafi adalah manhaj (metode beragama), sehingga semua orang di seluruh pelosok dunia di manapun dan kapanpun adalah seorang salafi jika ia beragama Islam dengan manhaj salaf* tanpa dibatasi keanggotaan.

Sebagian orang juga mengira dakwah Salafiyyah adalah gerakan yang dicetuskan dan didirikan oleh *Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab.* Ini pun *kesalahan besar !*
Dijelaskan oleh Syaikh ‘Ubaid yang ringkasnya :

“Dakwah salafiyyah tidak didirikan oleh seorang manusia pun. Bukan oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab bersama saudaranya Imam Muhammad Bin Su’ud, tidak juga oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya, bukan pula oleh Imam Mazhab yang empat, bukan pula oleh salah seorang Tabi’in, bukan pula oleh sahabat, bukan pula oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, dan bukan didirikan oleh seorang Nabi pun. Melainkan dakwah *Salafiyah ini didirikan oleh Allah Ta’ala*. Karena *para Nabi dan orang sesudah mereka menyampaikan syariat yang berasal dari Allah Ta’ala.* Oleh karena itu, tidak ada yang dapat dijadikan rujukan melainkan nash dan ijma”  (Ushul Wa Qowaid Fii Manhajis Salaf)

Oleh karena itu, dalam dakwah salafiyyah *tidak ada* ketua umum Salafi, Salafi Cabang Jogja,cabang cianjur dll/Salafi Daerah, Tata tertib Salafi, AD ART Salafi, Alur Kaderisasi Salafi, dan tidak ada muassis (tokoh pendiri) Salafi. Tidak ada pendiri Salafi *melainkan Allah dan Rasul-Nya*, tidak ada AD-ART Salafi melainkan *Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat*.

*2. Salafi Gemar Mengkafirkan dan Membid’ahkan ?*

Musuh utama seorang muslim adalah *kekufuran dan kesyirikan*, karena tujuan *Allah menciptakan makhluk-Nya* agar makhluk-Nya *hanya menyembah Allah semata.* Allah Ta’ala berfirman, *“Sungguh kesyirikan adalah kezaliman yang paling besar”* [QS. Luqman: 13].

Setelah itu, musuh kedua terbesar seorang muslim adalah *perkara baru dalam agama, disebut juga bid’ah.* Karena jika orang dibiarkan membuat perkara baru dalam beragama, akan hancurlah Islam karena adanya *peraturan, ketentuan, ritual baru* yang dibuat oleh orang-orang belakangan. Padahal *Islam telah sempurna* tidak butuh penambahan dan pengurangan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
*“Setiap bid’ah adalah kesesatan”* (HR. Muslim)

Maka tentu tidak bisa disalahkan ketika ada da’i yang secara intens mendakwahkan tentang *bahaya syirik dan bid’ah, mengenalkan bentuk-bentuk kesyirikan dan kebid’ahan agar umat terhindar darinya.* Bahkan inilah bentuk *sayang* dan *perhatian* terhadap umat.

Kemudian, para ulama melarang umat Islam untuk sembarang memvonis bid’ah, sesat apalagi kafir kepada individu tertentu. Karena vonis yang demikian bukanlah perkara remeh. Diperlukan timbangan Al Qur’an dan As Sunnah serta memperhatikan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh para ulama dalam hal ini.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani berkata :
“Dalil-dalil terkadang menunjukkan bahwa perbuatan tertentu adalah perbuatan kufur, atau perkataan tertentu adalah perkataan kufur. Namun di sana terdapat faktor yang membuat kita tidak memberikan vonis kafir kepada individu tertentu (yang melakukannya). Faktornya banyak, misalnya karena ia *tidak tahu,*atau karena *ia dikalahkan oleh orang kafir dalam perang*.”  (Fitnah At Takfir, Muhammad Nashiruddin Al Albani)

-
Dari sini jelaslah bahwa menjelaskan perbuatan tertentu adalah perbuatan kufur bukan berarti memvonis semua pelakunya itu per individu pasti kafir. Begitu juga menjelaskan kepada masyarakat bahwa perbuatan tertentu adalah perbuatan bid’ah bukan berarti memvonis pelakunya pasti ahlul bid’ah. Syaikh Abdul Latif Alu Syaikh menjelaskan: “Ancaman (dalam dalil-dalil) yang diberikan terhadap perbuatan dosa besar terkadang tidak bisa menyebabkan pelakunya per individu terkena ancaman tersebut”  (Ushul Wa Dhawabith Fi At Takfir, Syaikh Abdul Latif bin Abdurrahman Alu Syaikh)

*3. Salafi Memecah-Belah Ummat?*

Untuk menjelaskan permasalahan ini, perlu pembaca ketahui tentang 3 hal pokok :

*Pertama,* perpecahan umat adalah sesuatu yang tercela. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya,
*“Berpegang teguhlah pada tali Allah dan jangan berpecah-belah”* (QS. Al-Imran: 103).

*Kedua*, perpecahan umat adalah suatu hal yang memang dipastikan terjadi dan bahkan sudah terjadi. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam,
*Ummatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu*. Maka kami-pun bertanya, siapakah yang satu itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: *yaitu orang-orang yang berada pada jalanku dan jalannya para sahabatku di hari ini”* [HR. Tirmidzi].

*Ketiga,* persatuan Islam bukanlah semata-mata persatuan badan, kumpul bersama, dengan keadaan aqidah yang berbeda-beda. *Mentoleransi segala bentuk penyimpangan,* yang penting masih mengaku Islam. *Bukan itu persatuan Islam yang diharapkan.* Perhatikan baik-baik *hadits tadi,*saat umat Islam berpecah-belah seolah-olah Rasulullah memerintahkan untuk *bersatu pada satu jalan, yaitu jalan yang ditempuh oleh para sahabat,* inilah *manhaj salaf.*

Sehingga.....
Ketika *ada seorang yang menjelaskan kesalahan-kesalahan dalam beragama* yang dianut sebagian kelompok, aliran, partai atau ormas Islam, *bukanlah upaya untuk memecah belah ummat.*

Melainkan....
Sebuah upaya untuk *mengajak ummat BERSATU di satu jalan* yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tersebut. Bahkan adanya *bermacam aliran, sekte, partai dan ormas Islam itulah yang menyebabkan perpecahan ummat*. Karena mereka tentu akan loyal kepada tokoh-tokoh mereka masing-masing, loyal kepada peraturan mereka masing-masing, loyal kepada tradisi mereka masing-masing, *bukan loyal kepada Islam !!*

Selain itu......
*Jika ada saudara kita yang terjerumus dalam kesalahan,* siapa lagi yang hendak mengoreksi kalau bukan *kita sesama muslim?*Tidak akan kita temukan orang kuffar yang melakukannya. Dan bukankah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
*“Agama adalah nasehat”*(HR. Muslim).

Dan jika koreksi itu benar, bukankah wajib menerimanya dan menghempas jauh kesombongan?  Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
*“Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”*(HR. Muslim)

*4. Salafi Aliran Sesat ?*

Orang yang menuduh dakwah salafiyyah sebagai aliran sesat, seperti dijelaskan oleh Syaikh Ubaid, bisa jadi ia memang orang awam yang *belum mengenal apa itu salafi*, atau bisa jadi ia orang yg *benci*kepada dakwah salafiyyah karena *dakwah ini telah membuka tabir yang selama ini menutupi penyimpangan-penyimpangan* yang dimilikinya.
Anggapan ini sama sekali tidak benar karena dua hal :

*Pertama,* dakwah salafiyyah *bukan aliran atau sekte tertentu dalam Islam*, sebagaimana telah dijelaskan.

*Kedua,* sebagaimana telah diketahui bahwa *sesuatu dikatakan tersesat jika ia telah tersasar dari jalan yang benar, dan menempuh jalan yang salah.*
Maka bagi yang menuduh hendaknya *mendatangkan bukti bahwa dakwah salafiyyah menyimpang dari ajaran Al Qur’an dan As Sunnah yang benar.* Niscaya *mereka tidak akan bisa mendatangkan buktinya !*

Sebagaimana yang dijelaskan *Majelis Ulama Indonesia Jakarta Utara* dalam menanggapi kalimat-kalimat miring yang menuduh bahwa salafi adalah aliran sesat, dalam *surat edaran MUI Jakarta Utara tanggal 8 April 2009 berjudul “Pandangan MUI Kota Administrasi Jakarta Utara tentang Salaf/Salafi”.* Dalam surat edaran tersebut ditetapkan:

a) Pertama, penjelasan tentang Salaf/Salafi:

*Salaf/Salafi tidak termasuk ke dalam 10 kriteria sesat* yang telah ditetapkan oleh MUI. Sehingga *Salaf/Salafi bukanlah merupakan sekte atau aliran sesat* sebagaimana yang berkembang belakangan ini.

*Salaf/Salafi* adalah nama yang diambil dari kata salaf yang secara bahasa berarti *orang-orang terdahulu,* dalam istilah adalah *orang-orang terdahulu yang mendahului kaum muslimin dalam Iman, Islam*dst. mereka adalah *para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka,*
Penamaan salafi ini bukanlah penamaan yang baru saja muncul, namun *sejak dahulu sdh ada*. Dakwah salaf adalah *ajakan untuk memurnikan agama Islam dengan kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah dengan menggunakan pemahaman para sahabat Radhiallahu’anhum.*

b) Kedua, nasehat dan tausiah kepada masyarakat:

- Hendaknya *masyarakat tidak mudah melontarkan kata sesat* kepada suatu dakwah *tanpa di klarifikasi* terlebih dahulu,
- Hendaknya *masyarakat tidak terprovokasi* dengan pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab,
- Kepada *para da’i, ustadz, tokoh agama serta tokoh masyarakat hendaknya dapat menenangkan serta memberikan penjelasan yang objektif* tentang masalah ini kepada masyarakat,
- Hendaknya *masyarakat tidak bertindak anarkis dan main hakim sendiri,* sebagaimana terjadi di beberapa daerah.

*(Surat edaran MUI, “Pandangan MUI Kota Administrasi Jakarta Utara tentang Salaf/Salafi”, 8 April 2009, file ada pada redaksi)*

"""""""""""""""""""""""""""
Terakhir.......

*Agama adalah nasehat.* Maka kami menasehati diri sendiri dan kaum muslimin sekalian untuk menjadi Salafi. *Bagaimana caranya ??*

Menjadi seorang Salafi adalah dengan *menjalankan Islam sesuai dengan apa yang telah dituntunkan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan dipahami oleh generasi Salafus Shalih. WAJIB hukumnya bagi setiap muslim untuk ber-Islam dengan manhaj salaf.*

Ibnul Qayyim Al Jauziyyah berkata:

“Para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam semua diampuni oleh Allah. *Wajib mengikuti metode beragama para sahabat,* perkataan mereka dan aqidah mereka sebenar-benarnya” (I’lamul muwaqqi’in, (120/4), dinukil dari Kun Salafiyyan ‘Alal Jaddah, Abdussalam Bin Salim As Suhaimi)

*Semoga Allah Ta’ala senantiasa menunjukkan kita kepada jalan yang lurus,* yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberikan ni’mat, *bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan orang-orang tersesat aamiin.*

Allahu a'lam bish showab..

Sabtu, 02 September 2017

Anjuran Tidak Makan Sebelum Shalat Idul Adha

Anjuran Tidak Makan Sebelum Shalat Idul Adha

Ada satu anjuran sebelum penunaian shalat Idul Adha yaitu tidak makan sebelumnya. Karena di hari tersebut kita kaum muslimin yang mampu disunnahkan untuk berqurban. Oleh karenanya, anjuran tersebut diterapkan agar kita nantinya bisa menyantap hasil qurban.

Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352.Syaikh Syu’aib  Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,

قال أحمد: والأضحى لا يأكل فيه حتى يرجع إذا كان له ذبح، لأن النبي صلى الله عليه وسلم أكل من ذبيحته، وإذا لم يكن له ذبح لم يبال أن يأكل. اهـ.

“Imam Ahmad berkata: “Saat Idul Adha dianjurkan tidak makan hingga kembali dan memakan hasil sembelihan qurban. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dari hasil sembelihan qurbannya. Jika seseorang tidak memiliki qurban (tidak berqurban), maka tidak masalah jika ia makan terlebih dahulu sebelum shalat ‘ied.” (Al Mughni, 2: 228)

Ibnu Hazm rahimahullah berkata,

وإن أكل يوم الأضحى قبل غدوه إلى المصلى فلا بأس، وإن لم يأكل حتى يأكل من أضحيته فحسن، ولا يحل صيامهما أصلا

“Jika seseorang makan pada hari Idul Adha sebelum berangkat shalat ‘ied di tanah lapang (musholla), maka tidak mengapa. Jika ia tidak makan sampai ia makan dari hasil sembelihan qurbannya, maka itu lebih baik.  Tidak boleh berpuasa pada hari ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) sama sekali.” (Al Muhalla, 5: 89)

Namun sekali lagi, puasa pada hari ‘ied -termasuk Idul Adha- adalah haram berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama kaum muslimin. Sedangkan yang dimaksud dalam penjelasan di atas adalah tidak makan untuk sementara waktu dan bukan niatan untuk berpuasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Dan kita lihat dari penjelasan Imam Ahmad yang dinukil dari Ibnu Qudamah di atas bahwa sunnah tidak makan sebelum shalat Idul Adha hanya berlaku untuk orang yang memiliki hewan qurban sehingga ia bisa makan dari hasil sembelihannya nanti. Sedangkan jika tidak memiliki hewan qurban, maka tidak berlaku. Wallahu a’lam.

Hikmahnya

Hikmah dianjurkan makan sebelum berangkat shalat Idul Fithri adalah agar tidak disangka bahwa hari tersebut masih hari berpuasa. Sedangkan untuk shalat Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging qurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah shalat ‘ied. (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1: 602)

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,

وَلِأَنَّ يَوْمَ الْفِطْرِ يَوْمٌ حَرُمَ فِيهِ الصِّيَامُ عَقِيبَ وُجُوبِهِ ، فَاسْتُحِبَّ تَعْجِيلُ الْفِطْرِ لِإِظْهَارِ الْمُبَادَرَةِ إلَى طَاعَةِ اللَّهِ تَعَالَى ، وَامْتِثَالِ أَمْرِهِ فِي الْفِطْرِ عَلَى خِلَافِ الْعَادَةِ ، وَالْأَضْحَى بِخِلَافِهِ .وَلِأَنَّ فِي الْأَضْحَى شُرِعَ الْأُضْحِيَّةُ وَالْأَكْلُ مِنْهَا ، فَاسْتُحِبَّ أَنْ يَكُونَ فِطْرُهُ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا .

“Idul Fithri adalah hari diharamkannya berpuasa setelah sebulan penuh diwajibkan.  Sehingga dianjurkan untuk bersegera berbuka agar semangat melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan perintah makan pada Idul Fithri (sebelum shalat ‘ied) adalah untuk membedakan kebiasaannya berpuasa. Sedangkan untuk hari raya Idul Adha berbeda. Karena pada hari Idul Adha disyari’atkan memakan dari hasil qurban. Jadinya, kita dianjurkan tidak makan sebelum shalat ‘ied dan nantinya menyantap hasil sembelihan tersebut.” (Al Mughni, 2: 228)

Wallahu waliyyut taufiq.





Sumber : https://rumaysho.com/2891-anjuran-tidak-makan-sebelum-shalat-idul-adha.html

DIALOG PEMUDA ATHEIS DAN KYAI

Pemuda Atheis bertanya, Tunjukkan WUJUD TUHAN jika memang Tuhan itu ADA.. Seorang pemuda atheis mencari seorang guru agama, kiai atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya pemuda itu mendapatkan orang tersebut.

Pemuda : Apakah anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya ?

Kyai: Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda

Pemuda: Anda yakin ? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.

Kyai: Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya

Pemuda: Saya punya tiga buah pertanyaan :
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Allah kepada saya.
2. Apakah yang dinamakan takdir.
3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syetan sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi si pemuda dengan keras.

Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada saya ?

Kyai : Saya tidak marah…Tamparan itu adalah jawaban saya atas tiga buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya

Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.

Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya ?

Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit

Kyai : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada ?

Pemuda: Ya

Kyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu...!

Pemuda: Saya tidak bisa

Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

Kyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya ?

Pemuda: Tidak

Kyai : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini ?

Pemuda: Tidak

Kyai : Itulah yang dinamakan Takdir...!

Kyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda ?

Pemuda: kulit

Kyai : Terbuat dari apa pipi anda ?

Pemuda: kulit

Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya ?

Pemuda: Sakit...

kyai : Walaupun syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan Menjadi tempat menyakitkan untuk syeitan.

Read more https://aslibumiayu.net/12545-dialog-dengan-pemuda-atheis-sang-kyai-menjawab-dengan-jawaban-telak-bonus-tamparan.html