Selasa, 19 Desember 2017

BID'AHKAH MENGUCAPKAN “SHADAQALLAHUL ADZIM” SETELAH MEMBACA AL QUR'AN ?

BID'AHKAH MENGUCAPKAN “SHADAQALLAHUL ADZIM” SETELAH MEMBACA AL QUR'AN ?

Islam berdiri diatas dalil, apabila ibadah tidak ada dalil yang menjelaskan sesuatu perkara dalam ibadah maka artinya perbuatan tersebut bathil, dan agama Islam ialah hanya beramal dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Keduanya adalah sebagai Marja’ – rujukan - setiap perselisihan yang ada ditengah-tengah kaum muslimin. Siapa yang tidak mengembalikan kepada keduanya maka dia bukan seorang mukmin.

Allah Ta'ala berfirman:

ﻓَﻠَﺎ ﻭَﺭَﺑِّﻚَ ﻟَﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺤَﻜِّﻤُﻮﻙَ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺷَﺠَﺮَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺛُﻢَّ ﻟَﺎ ﻳَﺠِﺪُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﺣَﺮَﺟًﺎ ﻣِﻤَّﺎ ﻗَﻀَﻴْﺖَ ﻭَﻳُﺴَﻠِّﻤُﻮﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴﻤ

“Maka demi Rabbmu, sekali-kali mereka belumlah beriman sampai mereka menjadikanmu (hai Muhammad) sebagai hakim didalam perselisihan yang terjadi diantara mereka, kemudian mereka tidak mendapati rasa berat didalam hati mereka, dan mereka pun pasrah dengan sepenuhnya”.
(QS An Nisa : 65).

Telah mafhum bersama bahwa Allah menciptakan manusia bukan untuk suatu urusan yang sia-sia, tetapi untuk satu tujuan agung yang kemaslahatannya kembali kepada manusia yaitu agar beribadah kepada-Nya. Kemudian tidak hanya itu saja, tetapi Allah juga mengutus Rasul-Nya untuk menerangkan kepada manusia jalan yang lurus dan memberikan hidayah – dengan izin Allah - kepada Sirotil Azizil Hamid.

Allah ta'ala berfirman:

ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﺘُﺒَﻴِّﻦَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺍﺧْﺘَﻠَﻔُﻮﺍ ﻓِﻴﻪِ ۙ
ﻭَﻫُﺪًﻯ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔً ﻟِﻘَﻮْﻡٍ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥ

“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.
(QS An Nahl : 64).

Sungguh, betapa besar rahmat Allah subhanahu wa ta'ala kepada kita, dengan di utusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah telah menyempurnakan agama ini.

Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman:

ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺃَﻛْﻤَﻠْﺖُ ﻟَﻜُﻢْ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺗْﻤَﻤْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻧِﻌْﻤَﺘِﻲ ﻭَﺭَﺿِﻴﺖُ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡَ ﺩِﻳﻨًﺎ

“… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu… ”
(QS. Al Maidah : 3).

Tak ada satu syariat pun yang Allah syariatkan kepada kita melainkan telah disampaikan oleh Rasul-Nya.

'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata kepada Masyruq:

“Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa Muhammad itu telah menyembunyikan sesuatu yang Allah telah turunkan padanya, maka sungguh ia telah berdusta...!”
(HR. Bukhari - Muslim).

Berkata Al Imam As Syatibi rahimahullah:

“Tidaklah Nabi meninggal kecuali beliau telah menyampaikan seluruh apa yang dibutuhkan dari urusan dien dan dunia… ”

Berkata Ibnu Majisyun:

“Aku telah mendengar Malik berkata: “Barang siapa yang membuat bid’ah (perkara baru dalam Islam), kemudian menganggapnya baik, maka sungguh dia telah mengira bahwa Muhammad telah menghianati risalah, karena Allah telah berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan unutukmu agamamu…”” ”
(QS. Al Maidah : 3).

Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:

“Ikutilah, dan jangan kalian membuat perkara baru !”.

Suatu peringatan tegas dimana kita tidak perlu untuk menambah–nambah sesuatu yang baru atau bahkan mengurangi sesuatu dalam hal agama. Banyak ide atau atau anggapan–anggapan baik dalam agama yang tidak ada contohnya bukanlah perbuatan terpuji yang akan mendatangkan pahala, tetapi justru yang demikian itu berarti menganggap kurang atas syariat yang telah dibawa oleh Rasulullah, dan bahkan yang demikian itu dianggap telah membuat syariat baru.

Iman Syafi’i rahimahullah berkata:

”Siapa yang membuat anggapan-anggapan baik dalam agama sungguh ia telah membuat syariat baru (agama baru)”.

Bacaan “shadaqallahul ‘azhim” setelah membaca Al Qur’an merupakan perkara yang tidak asing lagi dinegeri ini, tetapi sebenarnya tidak ada tuntunannya, termasuk amalan yang tidak ada contoh dari Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam dan para shahabatnya, bahkan menyelisihi amalan Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam ketika memerintahkan ibnu Mas’ud untuk berhenti dari membaca Al Qur’an dengan kata “Hasbuk”(cukup), dan ibnu Mas’ud tidak membaca "shadaqallahul’adzim". Sayangnya para qori Al Quran dan para khatib dimimbar-mimbar juga mengucapkannya bila selesai membaca satu atau dua ayat Al Qur'an.

Ada apa memangnya dengan kalimat itu...?

Mengucapkan “shadaqallahul adzim” setelah selasai membaca Al Quran baik satu ayat atau lebih adalah bid’ah, perhatikanlah keterangan-keterangan berikut ini:

PERTAMA.

Dalam hadits shahih Bukhari no. 4582 dan shahih Muslim no. 800, dari hadits Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:

“Berkata Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam kepadaku, kepadaku: “Bacakanlah padaku (Al Qur'an)”. Aku menjawab; “Wahai Rasulullah, apakah aku bacakan (Al Qur'an) kepadamu ? sedangkan telah diturunkan kepadamu ?” beliau menjawab: “ya”. Maka aku membaca surat An Nisa' hingga ayat “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap ummat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai ummat-mu).” (QS An Nisa : 41) beliau (Rasulullah) berkata: “cukup...! Cukup...!”. Lalu aku (ibnu Mas'ud) menengok kepadanya ternyata kedua mata beliau berkaca-kaca”.

Shahabat ibnu Mas’ud dalam hadits ini tidak menyatakan “shadaqallahul adzim” setelah membaca surat An Nisa' tadi. Dan tidak pula Nabi memerintahkannya untuk menyatakan “shadaqallahul adzim”, beliau hanya mengatakan kepada ibnu Mas’ud: “cukup...!”.

Syaikh Muhammad Musa Nashr rahimahullah berkata:

“Termasuk perbuatan yang tidak ada tuntunannya (baca: bid’ah ) yaitu mayoritas qori’ (orang yang membaca Al Qur’an) berhenti dan memutuskan bacaannya dengan mengatakan shadaqallahul ‘azhim, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghentikan bacaan ibnu Mas’ud dengan mengatakan "Hasbuk (cukup)". Inilah yang dikenal para salaf dan tidak ada keterangan bahwa mereka memberhentikan atau mereka berhenti dengan mengucapkan shadaqallahul ‘azhim sebagaimana dianggap baik oleh orang-orang sekarang”.
(Lihat: Al Bahtsu wa Al Istiqra’ fi Bida’ Al Qurra’ , Dr. Muhammad Musa Nashr, cet 2, th 1423H).

Kemudian beliau menukil pernyataaan syaikh Mustafa bin Al ‘Adawi dalam kitabnya shahih ‘Amal Al Yaumi Wa Al Lailhlm 64 yang berbunyi:

“Keterangan tentang ucapan shadaqallahul’azhim ketika selesai membaca Al Qur’an: "Memang kata shadaqallah disampaikan Allah dalam Al Qur’an dalam firman-Nya:

ﻗُﻞْ ﺻَﺪَﻕَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﺎﺗَّﺒِﻌُﻮﺍ ﻣِﻠَّﺔَ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﺣَﻨِﻴﻔًﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ

“Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik”.
(Qs Ali Imran : 95).

Memang benar, Allah Maha Benar dalam setiap waktu. Namun masalahnya ucapan ini tidak didapati satu haditspun dalam kitab-kitab hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhiri bacaannya dengan kata “shadaqallahul’azhim”.

Disana ada juga orang yang menganggap baik hal-hal yang lain namun kita memiliki Rasulullah shallallanhu ’alaihi wa sallam sebagai contoh teladan yang baik. Demikian juga kita tidak menemukan satu atsar, meski dari satu orang shahabat walaupun kita mencukupkan pada hadits-hadits Nabi shallallanhu ’alaihi wa sallam setelah kitab Allah dalam berdalil terhadap masalah apapun. Kami telah merujuk kepada kitab tafsir ibnu Katsir , Adhwa’ Al Bayan , Mukhtashar ibnu katsir dan Fathul Qadir, ternyata tak satupun yang menyampaikan pada ayat ini, bahwa Rasulullah shallallanhu ’alaihi wa sallam pernah mengakhiri bacaannya dengan shadaqallahul ‘azhim .
(Lihat Hakikat Al Maru Bil Ma’ruf Wa Nahi ‘Anil munkar , Dr Hamd bin Nashir Al ‘Amar,cet 2)

Ayat diatas ini (QS. Ali Imran: 95) juga sekaligus sebagai syubhat bagi orang-orang untuk melegalkan bolehnya mengucapkan shadaqallahul’azhim selesai membaca Al Qur'an, dan dianggap dalil akan bolehnya ucapan tersebut. Padahal tidak ada perintah atau anjuran dari ayat tersebut baik secara samar maupun tegas, hanya saja mereka sengaja melintir ayat-ayat Al Qur'an, yang padahal tidak ada kaitannya sama sekali dengan perintahnya ucapan shadaqallahul’azhim.

KEDUA.

Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dalam shahihnya no. 6 dan Imam Muslim no. 2308 dari shahabat ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu beliau berkata:

“Adalah Rasulullah orang yang paling giat dan beliau lebih giat lagi dibulan Ramadhan, sampai saat Jibril menemuinya – Jibril selalu menemuinya tiap malam dibulan Ramadhan- bertadarus Al Qur'an bersamanya”.

Tidak dinukil satu katapun bahawa Jibril atau Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ketika selesai qiroatul Qur'an mengucapkan “shadaqallahul adzim”.

KETIGA.

Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dalam shahihnya no. 3809 dan Imam Muslim no. 799 dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu:

“Nabi berkata kepada Ubay: “Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk membacakan kepadamu “Lam yakunil ladzina kafaru min ahlil kitab”. (“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya)…”) (QS. Al Bayyinah : 1). Ubay berkata: ”menyebutku ? ” Nabi menjawab: “ya”, maka Ubay pun menangis”.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengucapkan “shadaqallahul adzim” setelah membaca ayat itu.

KE EMPAT.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya no. 4474 dari hadits Raafi’ bin Al Ma’la radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi bersabda:

“Maukah engkau ku ajari surat yang paling agung dalam Al Qur'an sebelum aku pergi ke masjid ?" Kemudian beliau (Nabi) pergi ke masjid, lalu aku mengingatkannya dan beliau berkata: “Alhamdulillah, ia (surat yang agung itu) adalah As Sab’ul Matsaani dan Al Qur'anul Adzim yang telah diberikan kepadaku”.

Beliau tidak mengatakan “shadaqallahul adzim”.

KE LIMA.

Terdapat dalam sunan Abi Dawud no. 1400 dan sunan At Tirmidzi no. 2893 dari hadits Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi, beliau bersabda:

“Ada satu surat dari Al Qur'an banyaknya 30 ayat akan memberikan syafa'at bagi pemiliknya yang membacanya/menghafalnya hingga ia akan diampuni, “tabaarakalladzii biyadihil mulk” (“Maha Suci Allah yang ditangan-Nya lah segala kerajaan…”)
(QS Al Mulk : 1).

Nabi tidak mengucapkan “shadaqallahul adzim” setelah membacanya.

KE ENAM.

Dalam shahih Bukhari no. 4952 dan Muslim no. 494 dari hadits Baro’ bin ‘Ajib berkata:

“Aku mendengar Rasulullah membaca diwaktu Isya' dengan “attiini waz zaituun”, aku tidak pernah mendengar seorangpun yang lebih indah suaranya darinya”.

Dan beliau tidak mengatakan setelahnya “shadaqallahul adzim”.

KE TUJUH.

Diriwatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya no. 873 dari hadits ibnat Haritsah bin An Nu’man berkata:

“Aku tidak mengetahui/hafal “qaaf wal qur’aanil majiid” kecuali dari lisan Rasulullah, beliau berkhutbah dengannya pada setiap Jumat”.

Tidak dinukil beliau mengucapkan setelahnya “shadaqallahul adzim” dan tidak dinukil pula ia (Ibnat Haritsah) saat membaca surat “qaaf” mengucapkan “Sadaqallahul adzim”.

Jika kita mau menghitung surat dan ayat-ayat yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya serta para tabi'in dari generasi terbaik ummat ini, dan nukilan bahwa tak ada satu orangpun dari mereka yang mempraktekkan lafadz “shadaqallahul adzim” setelah membacanya maka akan sangat banyak dan panjang. Namun cukuplah dari mereka yang menunjukkan bahwa mengucapkan “shadaqallahul adzim” setelah membaca Al Qur'an atau satu ayat darinya adalah bid’ah (perkara yang baru) yang tidak pernah ada dan dahului oleh generasi pertama.

Satu hal lagi yang perlu dan penting untuk diperhatikan bahwa meskipun ucapan “shadaqallahul adzim” setelah qiroatul Qur'an adalah bid’ah, namun kita wajib meyakini dalam hati perihal maknanya bahwa Allah memang maha benar dengan seluruh firmannya.

Kesimpulannya adalah membaca bacaan shadaqallahul azhim setiap selesai membaca Al Quran tidak ada dalil/tuntunannya dari Nabi dan termasuk perbuatan bid’ah.

Semoga Allah senantiasa mengokohkan kita diatas Al Kitab dan sunnah dan Istiqomah diatasnya. Wal ilmu indallah.

Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf, dari bulletin Al Wala wal Bara,

Judul asli: Bid’ahkah ucapan “shadaqallahul adzim ?".


https://www.google.co.id/amp/s/qurandansunnah.wordpress.com/2009/04/21/mengucapkan-sodaqollahul-adzim-setelah-membaca-al-quran/amp/

http://arie49.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar