Jumat, 12 Februari 2016

SHOLAT SUNNAH RAWATIB

Shalat sunnah Rawatib (yang berada sebelum dan setelah shalat wajib). Ada tiga hadits yang menjelaskan jumlah shalat sunnah rawatib beserta letak-letaknya:

1. Dari Ummu Habibah isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

“Tidaklah seorang muslim mendirikan shalat sunnah ikhlas karena Allah sebanyak dua belas raka'at (12 raka'at) selain shalat fardhu, melainkan Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah disurga”.
(HR. Muslim no.728)

Dan dalam riwayat At-Tirmidzi dan An-Nasa'i, ditafsirkan ke-12 raka'at tersebut. Beliau bersabda:

مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

“Barangsiapa menjaga dalam mengerjakan shalat sunnah dua belas raka'at, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya disurga, yaitu empat raka'at sebelum Dzhuhur, dua raka'at setelah Dzhuhur, dua raka'at setelah Maghrib, dua raka'at setelah Isya` dan dua raka'at sebelum Shubuh”.
(HR. At-Tirmidzi no.379 dan An-Nasai no.1772 dari 'Aisyah).

2. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radliyallahu ‘anhu dia berkata:

حَفِظْتُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ

“Aku menghafal sesuatu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa shalat sunnat sepuluh raka’at yaitu; dua raka’at sebelum shalat Dzhuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah shalat Maghrib dirumah beliau, dua raka’at sesudah shalat Isya’ dirumah beliau, dan dua raka’at sebelum shalat Shubuh”.
(HR. Al-Bukhari no.937, 1165, 1173, 1180 dan Muslim no.729)

Dalam sebuah riwayat keduanya, “Dua raka'at setelah Jum'at”.

Dalam riwayat Muslim, “Adapun pada shalat Maghrib, Isya', dan Jum’at, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat sunnah rawatibnya dirumah".

3. Dari Ibnu 'Umar dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا

“Semoga Allah merahmati seseorang yang mengerjakan shalat (sunnah) empat raka’at sebelum Ashar”.
(HR. Abu Daud no.1271 dan At-Tirmidzi no.430)

Sebagian ulama mengatakan yang dimaksud sholat sunnah empat raka'at sebelum Ashar dalam hadits ini adalah sholat sunnah mutlak

Maka dari sini kita bisa mengetahui bahwa shalat sunnah rawatib adalah:

A. Dua raka'at (2 raka'at) sebelum Shubuh, dan sunnahnya dikerjakan dirumah.
B. Empat raka'at (4 raka'at) sebelum Dzhuhur.
C. Dua raka'at (2 raka'at) setelah Dzhuhur
D. Dua raka'at (2 raka'at) setelah Jum'at.
E. Dua raka'at (2 raka'at) setelah Maghrib, dan sunnahnya dikerjakan dirumah.
F. Dua raka'at (2 raka'at) setelah Isya', dan sunnahnya dikerjakan dirumah.

Lalu apa hukum shalat sunnah setelah Shubuh, sebelum Jum'at, setelah Ashar, sebelum Maghrib, dan sebelum Isya' ?

Jawab:

Adapun dua rakaat sebelum Maghrib dan sebelum Isya', maka dia tetap disunnahkan dengan dalil umum:

Dari Abdullah bin Mughaffal Al Muzani dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ قَالَهَا ثَلَاثًا قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ

“Diantara setiap dua adzan (adzan dan iqamah) itu ada shalat (sunnah)”. Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Dan pada kali yang ketiga beliau bersabda, “Bagi siapa saja yang mau mengerjakannya”.
(HR. Al-Bukhari no.588 dan Muslim no.1384)

Adapun setelah Shubuh dan Ashar, maka tidak ada shalat sunnah rawatib saat itu. Bahkan terlarang untuk shalat sunnah mutlak pada waktu itu, karena kedua waktu itu termasuk dari lima waktu terlarang.

Dari Ibnu ‘Abbas dia berkata:

شَهِدَ عِنْدِي رِجَالٌ مَرْضِيُّونَ وَأَرْضَاهُمْ عِنْدِي عُمَرُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَشْرُقَ الشَّمْسُ وَبَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ

“Orang-orang yang diridhai mempersaksikan kepadaku dan diantara mereka yang paling aku ridhai adalah ‘Umar, (mereka semua mengatakan) bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat setelah Shubuh hingga matahari terbit, dan setelah ‘Ashar sampai matahari terbenam”.
(HR. Al-Bukhari no.547 dan Muslim no.1367)

http://uowics.com/view-pembahasan-lengkap-shalat-sunnah-rawatib-al-atsariyyahcom_aHR0cDovL2FsLWF0c2FyaXl5YWguY29tL3BlbWJhaGFzYW4tbGVuZ2thcC1zaGFsYXQtc3VubmFoLXJhd2F0aWIuaHRtbA==.html

Diarsipkan:
http://arie49.wordpress.com
http://ariedoank49.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar