Selasa, 03 Maret 2020

ADAKAH ANJURAN DAKWAH DI INDIA ?



ADAKAH AANJURAN DAKWAH DI INDIA?

Saya menemukan hadits, berikut bunyinya,
Dari Sayidina Tsauban menceritakan bahwa Nabi bersabda: “Akan muncul dua kumpulan dari umatku yang kedua-duanya dipelihara Allah dari neraka; satu kumpulan yang berjihad (Dakwah) di India dan satu kumpulan lagi yang akan bersama Nabi Isa bin Maryam” (Hadits Riwayat: Ahmad [Musnad 5/278 no.22759], al-Bukhari [Tarikh al-Kabir Tarjamah Abd al-A’la bin ‘Adiy al-Bahrani], al-Nasai [al-Mujtaba’ no.3175], al-Tabarani [Mu’jam al-Awsath 7/23-24], Ibn ‘Adiy [al-Kaamil 2/161], al-Haitsami [Majma’uz Zawaaid no.9452] Komen al-Albani [Sahih al- Jami’ no.4012, Silsilah as-Sahihah no.1934] Sahih, al-Arnaouth [Tahqiq Musnad Ahmad 37/81 no.22396] )
Sebagian orang menjadikan hadits ini sebagai dalil anjuran dakwah ke India, dari lafal:
“Satu kumpulan yang berjihad (Dakwah) di India” apakah ini benar? Mohon pencerahannya. Karena saya pernah diajak kelompok ini. Terima kasih.
*Jawab:*
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
*Pertama,* Satu kaidah penting dalam memahami pemikiran dan aliran yang berkembang di sekitar kita, bahwa hampir semua aliran, pemikiran, atau amalan yang dipraktekkan manusia, memiliki dalil dan alasan. Karena untuk bisa menarik simpati massa, perlu menanamkan keyakinan. Cara paling mujarab untuk menanamkan keyakinan itu adalah dengan menyampaikan dalil dan alasan.
Bagi kita, adanya nabi baru setelah nabi Muhammad _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ adalah keyakinan kekufuran. Namun bagi Ahmadiyah, ini bagian dari iman. Ketika mereka ditanya, apa dalilnya? Ternyata mereka tidak diam, mereka bisa menyebutkan dalil dan alasannya.
Bagi kita, keyakinan pluralisme adalah penyimpangan dalam aqidah. Namun bagi JIL, itu bagian dari tauhid. Ketika mereka ditanya, apa dalilnya, ternyata mereka juga bisa menyebutkan dalilnya.
Bagi kita, mengkafirkan Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman dan para shahabat lainnya adalah tindakan lancang yang membahayakan. Namun bagi syi'ah, ini bagian dari aqidahnya. Jika mereka ditanya, apa dalilnya, ternyata mereka juga bisa menjelaskan dalil dan alasannya.
Betapa banyak orang awam yang dengan mudah mengikuti dai penyebar aliran sesat. Alasanya, semua yang diceramahkan berdalil. Sang dai penyebar kesesatan ini membacakan beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam._
Karena itu, yang lebih penting bukan semata ada dalilnya, tapi yang lebih penting adalah memperhatikan cara seseorang dalam berdalil.
Para ulama menjelaskan, cara berdalil yang benar ada 2 syarat,
1. Memastikan keabsahan dalil (صحة الدليل في ذاته), sumber dalil bisa dipertanggung jawabkan. Misalnya ayat Al-Qur'an atau hadits shahih dari Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam._
2. Memastikan kebenaran dalam memahami dan menyimpulkan dalil (صحة الاستدلال), bagaimana cara memahami hadits yang shahih tersebut dengan benar.
Dari berbagai kasus pemikiran dan aliran sesat di atas, kita tidak meragukan dalilnya, namun yang diragukan adalah cara mereka dalam memahami dan menyimpulkan dalil. Ahmadiyah menggunakan dalil Al-Qur'an untuk membenarkan aqidahnya. Tentu saja bukan ayatnya yang salah, namun cara mereka dalam menyimpulkan dalil yang sembarangan.
*Pastikan Ada Pendahulunya*
Cara paling selamat dalam memahami dalil adalah mengembalikan makna dalil itu kepada pemahaman shahabat, tabiin, tabi’ tabiin, atau para ulama yang pemikirannya sejalan dengan mereka. Karena para shahabat dan ulama yang pemikirannya sejalan dengan shahabat adalah manusia yang paling memahami dalil Al-Qur'an dan hadits.
Seperti inilah yang dinasehatkan
نقل عن الإمام أحمد أنه قال لتلميذه الميموني : لا تتكلم في مسألة ليس لك فيها إمام
Dinukil dari Imam Ahmad bahwa beliau berkata kepada muridnya, al-Maimuni, “Janganlah engkau berkata dalam masalah agama dengan suatu perkataan yang engkau tidak memiliki imam (pendahulu) di dalamnya”.
*Kedua,* hadits yang anda sebutkan termasuk hadits hasan. Teks arabnya sebagai berikut,
عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” عِصَابَتَانِ مِنْ أُمَّتِي أَحْرَزَهُمُ اللهُ مِنَ النَّارِ: عِصَابَةٌ تَغْزُو الْهِنْدَ، وَعِصَابَةٌ تَكُونُ مَعَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
Dari Tsauban, mantan budak Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wa sallam,_ dari Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam,_ bahwa beliau bersabda,
“Ada dua kelompok di kalangan ummatku yang akan Allah lindungi mereka dari neraka; kelompok pertama yang memerangi India dan kelompok satunya bersama nabi Isa bin Maryam.”
Hadits ini diriwayatkan imam Ahmad, an-Nasa`i, al-Bukhari dalam tarikh al-Kabir, at-Thabrani dalam al-Ausath, dan yang lainnya, seperti yang telah disebutkan penanya.
Kita sepakat hadits ini bisa diterima, bahkan dinilai shahih oleh dua pakar hadits, Imam al-Albani dan Syuaib al-Arnauth.
Namun ada kesalahan terjemah. Dan karenanya, dipahami jauh dari makna yang sebenarnya. Terjemahan untuk kata *[عِصَابَةٌ تَغْزُو الْهِنْدَ].*
Dalam teks yang disampaikan penanya diterjemahkan dengan, *“Satu kumpulan berjihad (Dakwah) di India”*
Ini jelas kesalahan terjemah, karena makna kata *ghaza* – *yaghzu [غزى – يغزو – غزوة]* artinya *memerangi dalam bentuk kontak senjata.*
Dalam hadits itu, Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ tidak bersabda
عِصَابَةٌ تُجَاهِدُ فِي الْهِنْدَ
“Satu kelompok berjihad di India”
Lafal haditsnya tidak demikian. Andaikan lafal haditsnya demikian, boleh kita terjemahkan jihad dalam arti berdakwah.
Karena itu, terjemah yang tepat adalah *”kelompok yang memerangi India”* bukan *mendakwahi lndia.*
Ketika an-Nasa`i membawakan hadits ini, beliau memberikan judul bab: *“غَزْوَةُ الْهِنْدِ”* artinya *memerangi India.*
Di bab berikutnya, Imam an-Nasa`i membawakan judul bab, *“غَزْوَةُ التُّرْكِ وَالْحَبَشَةِ”,* artinya *perang melawan Turki dan Ethiophia.*
Jika kita menganjurkan kaum muslimin untuk berjihad di India, seharusnya kita juga menganjurkan mereka untuk berdakwah ke Turki dan Ethiophia. Tapi kenyataannya, mereka hanya mengutamakan India. Jelas maksud mereka mendatangi India, bukan karena motivasi hadits ini, namun ada maksud lainnya.
*Makna yang Benar*
Hadits ini sejatinya merupakan kabar gembira dari Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam,_ bahwa kaum muslimin akan menaklukkan berbagai negeri musyrik yang lain. Hingga wilayah mereka mencapai India. Sehingga kaum muslimin menguasai dataran timur dan barat dunia.(simak al-Qiyamah as-Sughra, Dr. Umar al-Asyqar, hlm. 159 – 160)
_Allahu a’lam_
____________________________

Artikel :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar