Sabtu, 11 April 2020

Shalawat Thibbil qulub

Jangan baca shalawat Thibbul qulub

Shalawat Thibbil qulub sbb:

اللهُمَّ صَلِِّ عَلىَ نَبِيّنِاَ مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ الْاَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ الْاَبْصَارِ وَضِيَائِهَا..............


Allohumma sholli alaa nabiyyina Muhammadin thibbil quluubi wadawaaiha wa`aafiyatil abdaani wasyifaa`ihaa wanuuril abshoori wa dhiyaaihaa
.
Ya Allah ! Berilah kesejahtraan dan rahmat kepada Nabi kita Muhammad –   dokter hati dan obatnya, kesehatan tubuh dan penyembuhnya. Cahaya mata dan penerangannya.


Saya menjumpai bin Baz menyatakan bahwa sholawat tersebut tidak ada tuntunannya dan pengertiannya kacau. Karena itu dihawatirkan merusak akidah umat. Paling baik adalah sholawat Ibrahimiyah.

Syaikh Muhammad bin Jamil Zinu mengatakan:

مؤلفات محمد بن جميل زينو - (ج 5 / ص 54)
أَقُوْلُ : إِنَّ الصِّيْغَةَ السَّابقَةَ الَّتيِ قَالَ عَنْهَا الْمُؤَلِّفُ اعْتَادَ النَّاسُ تَرْدِيْدَهَا. لاَ تَجُوْزُ لِأَنَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ َوسَلّم عِبَادَةٌ ، وَاْلعِباَدَةُ مَبْنَاهَا عَلَى التَّوَقُّفِ حَتىَّ يَأْتِيَ الدَّلِيْلُ ، وَلاَ دَلِيْلَ عَلَى هَذِهِ الصِّيْغَةِ ، وَلاَ سِيَمَا أَنَّهَا تُخَالِفُ جَمْيْعَ الرِّوَايَاتِ الّتِي وَرَدَتْ عَنِ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَحَابَتِهِ ، وَالسَّلَفِ الصَّالِحِ ، بِالإِضَافَةِ إِلَى أَنَّ فِيْهَا غُلُوًّاً وَإِطْرَاءً لاَ يَرْضَاهُ الله وَالرَّسُوْلُ صلى الله عليه وسلم. فَهَلْ يَجُوْزُ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَتْرُكَ الصِّيْغَةَ الَّتيِ عَمِلَهَا الرَّسُوْلُ صلى الله عليه وسلم َوأَصْحَابُهُ ، وَيَأْخُذُ بِصِيْغَةٍ مِنْ أَقْوَالِ النَّاسِ ، وَالَّتِي تُخَالِفُ الصِّيَغَ الْمَشْرُوْعَةَ ؟


Aku  berkata;
Sesungguhnya redaksi dulu yang di katakan oleh pengarang (Muhammad Ahmad Jamal) sebagai sholawat yang sering di baca di kalangan manusia- hakikatnya tidak boleh. Sebab membaca sholawat pada Nabi adalah ibadah dan landasan ibadah tawaqquf (menanti dulu) hingga datang dalilnya. Dan redaksi sholawat (tibbul qulubn) itu tiada dalilnya. Apalagi menyalahi seluruh riwayat yang datang dari Rasulullah dan para sahabatnya, salaf saleh. selain itu, terdapat berlebihan dalam memuji Nabi yang tidak diridai oleh Allah dan rasulNya.
Apakah layak bagi seorang muslim untuk meninggalkan redaksi sholawat yang di jalan kan oleh nabi dan para sahabatnya  lalu mengambil redaksi dari omongan orang yang menyalahi sariat juga.

      Selain itu, Rasulullah dalam sholawat Thibbul qulub itu di katakan sebagai obat hati, apa maksudnya. Apakah hati sakit lalu bisa di sembuhkan oleh Rasulullah. Bila demikian, kapan hal itu di lakukan oleh Rasulullah waktu hidupnya?

Pada hal menurut al Quran bukan Rasulullah yang menyembuhkan penyakit tapi Allah. Lihat ayat sbb:
          وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku


Karena itu, Rasulullah juga minta sehat dan selamat kepada Allah dalam doa sbb:

  اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِيَ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِي وَقَالَ عُثْمَانُ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي قَالَ


Alloohumma innii  as`alukal aa`fiyata fiddunya wal`aakhiroh Alloohumma  innii as`alukal afwa wal`aafiyata fii diinii wadunyaaya wa `ahlii wamaalii. Alloohumma s tur aurootii, wa`aamin rou`aatii. Alloohumma h fazhnii min baini yadayya wamin kholfii wa`an yamiinii  wa`an syimaalii  wamin fauqii . wa`a`uudzu bi`azhomatika an ughtaala min tahtii.

     Ya Allah ! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu keselamatan di dunia  maupun di aherat. Ya Allah  sesungguhnya aku mohon kepadaMu pengampunan  dan keselamatan  agama, dunia dan keluargaku serta hartaku. Ya Allah ! Tutupilah  aibku  dan tenangkan hatiku. Ya Allah ! Jagalah aku  dari muka, belakang, kanan, kiri, atas  dan  aku berlindung dengan ke agungan Mu jangan sampai aku  di bunuh dari bawah (ya`ni di makan ular atau lainnya). HR Abu Dawud.

Bila maksud dari sholawat Thibbul qulub Rasulullah bisa membikin hati orang kafir masuk Islam. Bila demikian, maka tidak jelas dalilnya, pengertian yang keliru dan bertentangan dengan realita, dimana paman beliau masih tetap berpegangan kepada ajaran leluhur dan kekufuran. Beliau senang kepadanya, tapi hidayah bukan miliknya. Ahirnya pamannya menjumpai ajalnya dalam keadaan dimurkaiNya dan enggan membaca sahadat.

Ingat firmanNya:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(56)
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.  Qashash  56.


Malah ada hadis sbb:


Al Musayyab berkata :

أَنَّ أَبَا طَالِبٍ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ دَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ أَبُو جَهْلٍ فَقَالَ أَيْ عَمِّ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ  فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُاللهِ  بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ تَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِالْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَالاَ يُكَلِّمَانِهِ حَتَّى قَالَ آخِرَ شَيْءٍ كَلَّمَهُمْ بِهِ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِالْمُطَّلِبِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْهُ فَنَزَلَتْ (مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ) وَنَزَلَتْ (إِنَّكَ لاَ تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ)


Ketika Abu Tholib akan meninggal dunia, Nabi Muhammad, masuk kepadanya. Disisi Abu Tholib terdapat Abu Jahal. Nabi berkata  : ”Wahai pamanku ! Katakanlah la ilaha illallah suatu kalimat yang saya gunakah hujjah untukmu disisi Allah “.


Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah  berkata  : “ Wahai Abu Tholib ! Apakah kamu benci agama Abdul muttholib.?”
Keduanya  mengatakan begitu terus hingga  akhir perkataan Abu Tholib adalah  : “Saya ikut  agama Abdul Muttholib “.
Nabi Muhammad bersabda  : ”Sungguh aku akan memintakan ampun kepadamu selama tidak dilarang, lalu turunlah ayat :

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ


Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam.
 
  Lantas turunlah ayat lagi

 إِنَّكَ لاَ تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ


Sesungguhnya kamu tidak akan bisa memberikan petunjuk kepada orang yang kamu  senangi.   Lantas turunlah ayat larangan minta ampun untuk kaum musyrik tadi ayat 113 Tobat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar